Senin, 16 Juni 2014

KELUARGA BESAR DATHOE KARTADJI


SILSILAH  DAN RIWAYAT EYANG DATHOE KARTADJI

Dathoe Kartadji  terlahir dengan nama Kartadji  kurang lebih pada tahun  1900 di Wangon, Kabupaten Banyumas.Tambahan nama Dhatoe diperoleh sebagai julukan orang yang sangat dihormati karena menjabat sebagai Kepala Desa.


Sebagai Kepala Desa Randegan Kecamatan Wangon, namun Eyang Dhatoe  Kartaji lebih senang bertempat tinggal di Grumbul Ciarus, wilayah sisi selatan geligir bagian dari kawasan desa Randegan .

Topografi Grumbul Ciarus Desa Randegan Kecamatan Wangon adalah grumbul yang dikelilingi oleh perbukitan di seluruh sisinya, sehingga jika dilihat dari atas, grumbul Ciarus seperti permukiman di dasar sebuah mangkuk, sehingga kondisi topografi yang berupa lembah-lembah pegunungan merupakan tanah yang subur, namun karena kurangnya curah hujan pada kawasan tersebut menyebabkan kekeringan lebih sering terjadi di kawasan itu, dan kesuburan tanahnya nampak hanya kalu ada musim hujan, dimana segala jenis tumbuhan dapat hidup dengan rimbun dan menyejukkan. Karena  keadaan lebih sering kekeringan tentu saja hal tersebut  berimbas pada keadaan perekonomian masyarakat yang lebih sering kembang-kempis alias hidup kekurangan 

Gerak perekonomian masyarakat hanya mengandalkan tanam padi tadah hujan sekali setahun  dan hasil menderes nira untuk dijadikan gula kelapa. Potensi gula kelapa sangat menjanjikan. sehingga ketika Eyang Datoe Kartaji memimpin Desa Randegan potensi gula kelapa dikembangkan dengan maksimal, jadi tidak mengherankan jika pada era tahun 1950 an sampai 1960 masyarakat desa Randegan boleh dikatakan dalam kemakmuran. 

Desa Randegan dari jaman dahulu sangat terkenal sebagai desa yang terpencil , apalagi grumbul ciarus, sehingga orang dikaatkan luar biasa apabila  sudah menginjakkan kakinya di desa tersebut. Untuk mencapai desa Randegan, khususnya grumbul Ciarus memang dibutuhkan semangat baja ,dan usaha keras yang memeras keringat. Kalau dari kota wangon oang bisa naik dokar ataupun becak hanya sampai di Ciara..........kemudian dari ciara jalan kaki mendaki dan menuruni bukit yang terjal penuh batu yang ditata kurang beraturan, sehingga kalau pas musim hujan,  pejalan kaki yang tidak hati-hati bisa ngglundung yang bisa berakibat fatal. 

Eyang Dathoe Kartadji adalah Kepala Desa pertama di Desa Randegan.Nama Dathoe Kartadji  sangat melegenda  di wilayah Desa Randegan, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Mendengar nama itu disebut , orang-orang baikpun akan bergetar apalagi orang-orang jahat sudah pasti terkencing-kencing.

Dhatoe Kartadji seorang yang tegas berpendirian , sangat jujur dan perhatian terhadap sesama. Kepedulian terhadap orang-orang yang tertindas sudah nampak sedar kecil. Apabila melihat temannya atau orang sebaya yang teraniaya, beliau tidak rgu-ragu untuk membelanya walaupun harus berkelahi berdarah-darah. Sehingga tidak mengherankan setelah menginjak dewasa beliau selalu dipercaya untum memimpin masyarakat sebagai Kepala Desa  hingga akhir hayatnya.

Perawakan yang gagah tegap karena hari-hari diisi dengan aktifitas rutin setelah sholat subuh yaitu keliling desa untuk memantau tanaman / kebun milik pribadi maupun kebun masyarakat  kalau-kalau ada kerusakan akibat hama maupun penyakit. Kala itu hama paling banyak menyerang tanaman milik warga adalah celeng atau  babi hutan. hal itu dilakukan agar bila ada kerusakan tanaman cepat teratasi, karena sebagai Kepala Desa Eyang Dathoe Kartadji tidak ingin ada warganya yang kekurangan pangan, karena akan merepotkan warga yang lain.

Kebiasaan itu akhirnya ditiru oleh masyarakat sehingga selama kepemimpinannya Desa Randegan tidak pernah mengalami kekurangan pangan seperti desa-desa lain di sekitarnya.
Kemakmuran Desa Randegan kala itu cukup tersohor sehingga banyak pemimpin desa lain yang belajar bagaimana  memimpin dan menggerakkan aktifitas kehidupan masyarakatnya.

Tentu saja dengan senang hati dan tangan terbuka Eyang Dathoe Kartadji mau membagi keberhasilannya.

Di sisi lain keberhasilan dan kemakmuran Desa Randegan ternyata menimbulkan hasrat dan minat orang-orang jahat terutama  para perampok untuk ikut menikmati harta masyarakat dengan mengadakan perampokan. Sekali dua kali perampk berhasil mengacaukan kehidupan masyarakat. Sebagai Kepala Desa Eyang Dathoe Kartadji sangat prihatin, sehingga perlu menggerakkan masyarakat untuk jaga kampung di jalan-jalan masuk desa.

Namun karena kondisi geografis Desa Randegan yang masih banyak hutan maka masih saja perampok berhasil masuk desa. Upaya mengerahkan masyarakat rupanya tidak membuat perampok takut, akhirnya mau-tidak mau Eyang Dathoe Kartadji harus turun tangan secara langsung.

Sebagai Kepala Desa Eyang Dathoe tentu sudah hapal betul liku-liku jalan keluar masuk desa baik yang resmi maupun jalan setapak, sehingga Eyang Dathoe sudah bisa memprediksi jalan mana yang akan dilalui oleh kelompok perampok.

Pada suatu malam yang telah ditentukan  bersiaplah Eyang Dathoe untuk membuat jera para perampok. Pakaian kebesaran rondapun dikenakan, yaitu baju dan celana hitam komprang, iket wulung, sabuk kulit warna hitam, dan sebuah kudi  andalan yang terkenal sangat tajam karena dibuat dari bahan baja pilihan dan ditangani oleh pande besi yang sangat berpengalaman di daerah Pasir, Kecamatan Karanglewas (sekarang ).

Ketajamannya sangat ngedab-edabi,jangankan batang kayu, paku,kawat bahkan besi sebesar ibu jaripun bisa ditebas putus hanya sekali ayunan.

Malam itu Eyang Dathoe sengaja menunggu di tempat tersembunyi sebelah timur desa, tepatnya lokasi dekat kuburan grumbul Babakan masih dalam wilayah Desa Randegan. Eyang Dhathoe sudah mencurigai bahwa di kuburan tersebut tempat perampok untuk mengatur siasat, karena beliau melihat banyaknya sisa - sisa rokok lintingan dalam jumlah yang tidak wajar.

Kira-kira pukul 02.00 dini hari Eyang Dathoe mendengar samar-samar orang berbicara. lama-lama suara makin jelas. Beliau yakin inilah kelompok yang ditunggu-tunggu. Jumlahnya cukup banyak kurang lebih 15 ( lima belas orang ) semuanya berpakaian serba hitam dan membawa senjata tajam, serta membawa tali yang akan dipergunakan untuk mengikat barang bawaan..

Setelah dekat , keluarlah Eyang Dathoe dari persembunyiannya, sehingga terjadilah dialog ;
Eyang Dathoe      :  Hai kisanak, malam- malam begini jalan berombongan mau kemana?
Perampok            : Kamu siapa tanya-tanya kami, itu bukan urusanmu?
Eyang Dathoe     : Ya jelas jadi urusanku,karena saya warga Desa Randegan, sedangkan kisanak berombongan malam-malam                                    mau masuk ke desa saya  tentu patut dicurigai?
Perampok           : Ya kami berombongan memang mau merampok di desamu, kamu mau apa ?
Eyang Dathoe     : O...oo...o apa kisanak sudah memikirkan masak-masak resikonya ? saya beritahu    resikonya     nggih, pertama    resiko babak belur lalu dihukum penjara, resiko kedua mati lho kisanak
Perampok          : Oalah kamu kok menganggap kami kacangan , kami sudah dua kali merampok desamu dan tidak ada yang      berhasil nangkap kami, hasilnya lumayaaaaaaaaaaaan
Eyang Dathoe    : Untuk yang ketiga ini saya pastikan kamu tidak akan berhasil dan pasti mendapatkan resiko seperti yang saya  sebut tadi, apa kami tidak takut kepadaku.
Perampok         : Untuk apa kami takut padamu...........................kamu cuma satu orang sedangkan kami berlimabelas, di desa ini  tidak ada satu orangpun yang kami takuti, kecuali Lurah Dathoe Kartaji.
Eyang Dathoe   : Apa kisanak pernah beradu ilmu dengannya, atau pernah bertemu dengannya.
Perampok         : Belum, kami hanya tahu cerita kehebatannya saja
Eyang Dathoe   : Perlu kisanak ketahui bahwa yang namanya Lurah Dathoe Kartadji, ya saya ini yang ada dihadapanmu, apa  kami ndak takut ?
Perampok        : Ha....ha..ha.........ha kamu jangan mengaku- ngaku dan jangan menghalangi langkahku.  minggir................! ayo teman- teman kita habisi dan kita cincang orang ini
Eyang Dathoe : Sabar kisanak..................mau satu-lawan satu atau keroyokan saya tidak takut, kalau mau keroyokan saya lebih   senang karena lebih cepat selesainya.

Akhirnya Eyang Dhatoe dikeroyok oleh kawanan perampok tersebut. Hanya dalam hitungan detik Eyang Dathoe bergerak dengan tangan kosong dengan kecepatan angin berhasil membuat lima orang sekaligus tergeletak pingsan. Eyang Dhatoe memberi pilihan " kamu yang lain mau menyerah atau masih melawan"  kalau masih melawan terpaksa saya mengeluarkan kudi Kyai Jagawana utuk memotong-motong tubuhmu.

Mendengar Eyang Dathoe mengeluarkan kudi , seketika sepuluh orang menjadi gemetar dan sangat takut, ternyata mereka masih ingin hidup dan menyatakan menyerahkan diri. Akhirnya lima orang yang pingsan tadi digotong oleh sepuluh orang yang menyerahkan diri berkumpul di pendopo rumah Eyang Dathoe.

Mendengar ada perampok yang pingsan dan ada yang menyerahkan diri,seketika malam itu seluruh desa menjadi gempar, mereka berbondong-bondong ke rumah Kepala Desa untuk menyaksikan perampok yang menyerah dan ingin mendengar ceritera heroik sang kepala desa.Itulah sepenggal ceritera heroik dan masih banyak ceritera lainnya.
Eyang Dhatoe Kartadji memiliki dua orang Istri , Istri pertama bernama SIDEP. dari istri Sidep ini memperoleh anak :
1.Sadiyem
2.Siwen

Anak pertama Sadiyem menikah dengan Muchidin dan dikaruniai anak:
1.Siwil
2.Surati
3.Sujahno
4.Sumeh
5.Sutirah
6.Sumilah
7.Samsiyah
8.Robiyati

Anak pertama Siwil  atau nama lengkapnya Siwil Ahmad Samsuri sekarang tahun 2016 adalah purnawirawan TNI AD.riwayat perjalanan hidupnya sangat panjang dan penuh ceritera suka dan duka.
Karir kemiliterannya:
1.Batalyon Infanteri 454 Semarang, tahun 1960-1965
2.Batalyon Infanteri 409 Pasopati, 1966- 1976 Kompi Senapan B di kota Pati komandan kompinya terakhir Kapten Achmad Nasmi Halim
3.Batalyon 410 / Alugoro  di Blora, tahun 1976-1977
4.Pada tahun 1978  pindah ke Kompi Senapan C Batalyon 410/Alugoro di Rembang.sampai tahun 1981 komandan kompi terakhir Lettu Robert Situmeang
5.Tahun 1981 pindah tugas ke Korem 074 / Warastratama Surakarta , hingga selesai pengabdian sebagai tentara tahun 1989.

Berbagai penghargaan bintang jasa maupun satya lencana kesetiaan dari Pemerintah Republik Indonesia telah didapatnya berdasarkan penugasan di berbagai wilayah Republik Indonesia, antara lain di Kalimantan, di Irian Barat, Aceh  dan tugas-tugas lain di dalam provinsi dalam rangka memadamkan pemberontakan DI / TII, Pemberontakan PKI dll. Satya lencana kesetiaan 8 tahun, 16 tahun dan 24 tahun juga diperolehnya. Yang cukup fenomenal adalah Satya Lencana SEROJA sewaktu bertugas di daerah konflik Timor Timur pada tahun 1978- 1979.karena satya lencana tersebut diperoleh dengan peperangan yang betul-betul banyak menelan korban anggota Batalyon 410 / Alugoro

Dari pernikahannya dengan Ibu SUGIARTI  binti Bapak Rusman Suwiryanto dan Ibu Lasminah yang asli Kampung Tandang, Semarang Timur, dikaruniai 5 anak.
1.Edy Suswanto
2.Murti Rahayu
3.Wahyu Widayati
4.Teguh Purnomo
5.Siti Musliah
Anak pertama Bapak Siwl Ahmad Samsuri yaitu Edy Suswanto menikah dengan Asih Winarti binti Sarmin Hadiwinarno orang asli Desa Kalipelus, Kecamatan Purwonegro, Kabupaten Banjarnegara. Dari pernikahan tersebut dakaruniai anak :
1.Muhammad Utama Wicaksono, sekarang ( 2016 ) Kuliah di UII Jogjakarta Jurusan Teknik Kimia
2. Sekar Arum Nurussyifa, sekarang ekolah di SMP Al Irsyad Purwokerto, Kelas 2
3. Bintang Elok Cahyaning Azizah, sekarang sudah di sisi Allah swt, karena telah dipanggil menghadap kepada sang pencipta

1 komentar:

  1. mampir yuk ke kirim ceritamu siapa yang tahu bisa nginap gratis di hotel berbintang

    BalasHapus