Senin, 07 Oktober 2019

RINGKASAN CERITERA KETHOPRAK BABAD BANYUMAS

RINGKASAN CERITA KETOPRAK BABAD BANYUMAS
JOKO KAIMAN WISUDA
ADEGAN I
Joko Kaiman sedang duduk istirahat dan merenung untuk meneruskan perjalanan menuju Kejawar, karena akan menikah dengan Putri Wirasaba yang bernama Rara Kartimah. Antara sadar dan tidak dalam lamunannya ia mendengar suara gaib yang menyatakan bahwa Joko Kaiman nantinya akan menjadi seorang yang “Pinunjul” dan sangat dihormati oleh sesama. Tak terasa dipangkuannya tergeletak sebuah Pusaka/keris tanpa warangka. Dalam suasana terkejut, datanglah seorang tua yang menjelaskan asal-usul pusaka itu. Orang tua itu adalah Kyai Tolih. Pusaka sebagaimana dimaksud adalah Keris Kyai Gajahendra. Ki Tolih berpesan agar dapat menjaga dan memanfaatkan keris itu untuk membela kebenaran. Perjalanan Joko Kaiman diteruskan ke Kejawar.
ADEGAN II
Perjalanan Demang Toyareka bersama putranya ( Joko Mangun) dan pengawal akan menuju ke Kesultanan Pajang.  Demang Toyareka merasa disakiti oleh Adipati Wirasaba karena telah menceraikan putranya dengan putrinya ( Rara Sukartiyah)  yang sudah dijodohkan sejak kecil. Mereka akan mengadu dan minta peradilan ke Pajang. Dalam perjalanannya bertemu dengan rombongan Ki Wargoutomo yang akan mempersembahkan putrinya ke Pajang. Terjadilah perselisihan antara pengawal Toyareka dan pengawal Wirasaba. Akhirnya mereka bersimpangan jalan.
ADEGAN III
Kesultanan Pajang. Sultan Hadiwijaya dan Permaisuri, dihadapkan Patih Manca Praja, Tumenggung Wilamarta dan beberapa prajurit sedang membahas tentang Adipati Wirasaba yang akan mempersembahkan putrinya yang akan dijadikan “ Garwa Selir “. Tak lama kemudian datanglah Adipati Wirasaba bersama putrinya ( Rara Sukartiyah). Sultan Hadiwijaya menanyakan status Rara Sukartiyah. Oleh Wargoutomo dijelaskan bahwa putranya itu tidak punya suami dan belum pernah hidup bersama dengan pria manapun. Apa yang disampaikan Wargoutomo diterima oleh Sultan Pajang. Adipati Wirasaba mohon diri untuk meninggalkan Pajang. Rara Sukartiyah supaya istirahat menuju keputren.
Tak lama kemudia ada laporan dari prajurit jaga, bahwa ada 2 (dua) orang tak dikenal sedang berpanas-panasan di tengah alun-alun, yang akan menghadap Sultan. Atas ijin baginda, orang tersebut supaya menghadap. Demang Toyareka dan Joko Mangun menghadap dan menceritakan status yang sebenarnya tentang Rara Sukartiyah. Betapa marahnya Sultan Hadiwijaya . Baginda mengutus seorang prajurit ( Wirapati ) untuk segera menyusul Adipati Wargoutomo. Dimanapun berada supaya dibunuh karena dianggap telah menghina Sultan Pajang.
Demang Toyareka dan Joko Mangun berpamitan. Kemarahan Sultan Hadiwijaya dapat diredakan oleh Patih Mancapraja. Baginda Sultan supaya menanyakan langsung kepada Rara Sukartiyah.
Setelah menghadap, Rara Sukartiyah menceritakan keadaan dirinya. Dia memang pernah dijodohkan dengan putra Demang Toyareka tapi tidak pernah mencintai atau berkumpul bersama apalagi bersentuhan. Statusnya masih gadis. Sadarlah Sultan Hadiwijaya. Baginda telah tergesa-gesa menerima pengaduan dari Demang Toyareka. Akhirnmya Sang Baginda Sultan mengutus prajurit ( Wirayuda)  supaya menyusul utusan yang pertama agar niatnya membunuh Wargoutomo diurungkan atau dibatalkan.
ADEGAN IV
Adipati Wirasaba bersama abdinya sedang dalam perjalanan pulang ke Wirasaba. Karena lelahnya Sang Adipati singgah di rumah kerabatnya yaitu Ki Bekel Bener.
ADEGAN V
Ki Bekel Bener dan istrinya bersama pembantunya sedang  persiapan akan mengadakan syukuran hasil panen dengan memasak Pindang Banyak. Tak lama kemudian datanglah Adipati Wirasaba yang singgah ke rumahnya. Betapa senang keluarga Ki bener kedatangan sahabatnya yang sudah lama tidak berjumpa. Sang Adipati dipersilakan duduk di Balai Malang, disuguh Pindang Banyak, kebetulan hari itu adalah hari Sabtu Pahing. Sambil menikmati hidangan, mereka bercerita tentang keadaan daerah masing-masing. Tak lama kemudian datanglah utusan Pajang ( Wirapati). Dia akan melaksanakan tugas Sultan yaitu membunuh Adipati Wirasaba. Namun karena Sang Adipati sedang menikmati hidangan, maka niatnya diurungkan menunggu Sang Adipati selesai makan. Datanglah utusan kedua ( Wirayuda) dan langsung member isyarat dengan lambain tangan agar niatnya diurungkan. Namun terjadi kesalahpahaman. Oleh Wiorapati dikira supaya segera dilakukan. Maka tak ragu lagi, ditikamlah Sang Wargoutomo dengan kerisnya. Terejadilah pembunuhan. Melihat kejadian tersebut, maka antara Wirapati dan Wirayuda terjadi perselisihan. Sang Adipati Wirasaba dalam keadaan sakarotulmaut, sempat memberi peringatan bahwa ini semua sudah ketentuan Hyang Widi. Sang adipati memberi pesan untuk anak cucu ( tedhak turun ) Wirasaba, sbb :
1.      Tidak boleh berbesanan dengan orang Toyareka
2.      Tidak boleh makan pindang banyak
3.      Tidak boleh membangun rumah dengan model Balai malang
4.      Tidak boleh bepergian di hari Sabtu Pahing
5.      Tidak boleh memelihara Kuda Dawuk.
Seusai mengutarakan pesan, meninggallah Sang Adipati di pangkuan Ki Bekel bener, disertai  tangis dan duka semua kerabat. Peristiwa ini akan dilaporkan oleh utusan Pajang kepada Sultan Hadiwijaya. Mereka sepakat dan siap menerima hukuman atas kesalahan telah membunuh Wirasaba yang tak berdosa.
ADEGAN VI
Keputren Wirasaaba ( Ny Adipati, Rara Sukartimah, Wirakusuma, Wargowijoyo, Wiroyuda) dalam suasana berkabung karena telah ditinggal Sang Adipati Wargoutomo. Lebih susah lagi, karena mendapat panggilan dari Suyltan Pajang agar salah seorang dari putra almarhum menghadap ke Pajang. Para Putra tidak ada yang menyanggupi. Demi nama baik Wirasaba maka Joko Kaiman ( menantu Wirasaba ) siap menghadap Sultan Pajang. Mereka sedang menunggu kedataangan Joko Kaiman yang sedang persiapan akan sowan ke Pajang. Tak lama kemudian Joko Kaiman menghadap dan mohon doa restu kepada keluarga. Joko Kaiman berpesan , jika ia harus mendapat hukuman dari Sultan Pajang maka keluarga harus ihlas menerima.Namun jika kedatangannya ke Pajang mendapat penghargaan maka semua saudaranya harus menerimanya. Mereka sepakat dan setuju apa yang dikatakan Joko Kaiman.
Nyai Adipati dan putra yang lain meninggalkan keputren. Sementara Joko Kaiman dan Istrinya ( Rara Sukartimah) dalam suasana tegang antara aberangkat dan tidak. Dalam hati Sang istri tidak mengijinkan, karena takut sang suami kena hukuman, atau melupakan diriunya setelah berada di Pajang. Atas bujuk rayu Joko Kaiman maka Rara Sukartimah mengijinkan. Berangkatlah Joko Kaiman menuju Pajang.
ADEGAN VII
Perjalanan Joko Kaiman dengan abdinya dan beberapa pengawal berpapasan dengan para pengawal dari Toyareka yang pada intinya menginginkan agar Rara Sukartiyah dikembalikan dari Pajang. Terjadilah perkelaian. Joko Mangun dapat dibunuh oleh Joko Kaiman dengan Keris Gajahendranya. Betapa sedih Ki Demang melihat putranya telah gugur. Dalam hati tetap akan bermusuhan dengan Wirasaba. Perjalanan dilanjutkan oleh Joko Kaiman menuju Pajang.
ADEGAN VIII
Sultan Hadiwijaya dan Permaisuri dihadapkan Patih dan prajurit sedang menunggu kedatangan salah seorang putra Wirasaba. Tak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang belum dikenal oleh Baginda Sultan. Joko Kaiman memperkenalkan diri dan menyampaiakan maksud kedatangannya.
Betapa bangga Sultan Pajang mendengar cerita Joko Kaiman. Akhirnya Joko Kaiman diberi anugrah untuk menduduki kursi Kadipaten Wirasaba menggantikan Adipati Warga Utomo yang pertama dengan gelar Adipati Wargo Utomo II ( kalih ).
Walaupun telah dianugrahi jabatan namun Joko Kaiman berjanji akan membagi Wirasaba menjadi 4 ( empat ) wilayah.
1.      Wirasaba diserahkan kepada Wargowijoyo
2.      Merden  diserahkan kepada Wirokusumo
3.      Banjar Petambakan diserahkan kepada Wiroyudo
4.      Kejawar dikuasai oleh ia sendiri ( Joko Kaiman)
Joko Kaiman akan membabad hutan “Mangli “ yang berada di Kejawar untuk dijadikan pemukiman, dan pada saatnya akan dijadikan pusat pemerintahan dengan nama “ B A N Y U M A S “

Ditulis oleh : Slamet Waluyo
Bersumber dari buku Inti Silsilah dan Sejarah Banyumas,
oleh RMS Brotodirejo dan R Ngatijo Darmosuwondo

1 komentar:

  1. Sangat membantu.Mohon ijin Copy Paste untuk bahan pembuatan Naskah Acara Ulang Tahun Komunitas Warga Banyumas yang merantau di Bandung RayaTerima kasih.

    BalasHapus