RINGKASAN CERITA KETOPRAK BABAD BANYUMAS
JOKO KAIMAN WISUDA
ADEGAN I
Joko Kaiman sedang duduk istirahat dan merenung untuk
meneruskan perjalanan menuju Kejawar, karena akan menikah dengan Putri Wirasaba
yang bernama Rara Kartimah. Antara sadar dan tidak dalam lamunannya ia mendengar
suara gaib yang menyatakan bahwa Joko Kaiman nantinya akan menjadi seorang yang
“Pinunjul” dan sangat dihormati oleh sesama. Tak terasa dipangkuannya
tergeletak sebuah Pusaka/keris tanpa warangka. Dalam suasana terkejut,
datanglah seorang tua yang menjelaskan asal-usul pusaka itu. Orang tua itu
adalah Kyai Tolih. Pusaka sebagaimana dimaksud adalah Keris Kyai Gajahendra. Ki
Tolih berpesan agar dapat menjaga dan memanfaatkan keris itu untuk membela
kebenaran. Perjalanan Joko Kaiman diteruskan ke Kejawar.
ADEGAN II
Perjalanan Demang Toyareka bersama putranya ( Joko Mangun)
dan pengawal akan menuju ke Kesultanan Pajang.
Demang Toyareka merasa disakiti oleh Adipati Wirasaba karena telah
menceraikan putranya dengan putrinya ( Rara Sukartiyah) yang sudah dijodohkan sejak kecil. Mereka
akan mengadu dan minta peradilan ke Pajang. Dalam perjalanannya bertemu dengan
rombongan Ki Wargoutomo yang akan mempersembahkan putrinya ke Pajang.
Terjadilah perselisihan antara pengawal Toyareka dan pengawal Wirasaba.
Akhirnya mereka bersimpangan jalan.
ADEGAN III
Kesultanan Pajang. Sultan Hadiwijaya dan Permaisuri,
dihadapkan Patih Manca Praja, Tumenggung Wilamarta dan beberapa prajurit sedang
membahas tentang Adipati Wirasaba yang akan mempersembahkan putrinya yang akan
dijadikan “ Garwa Selir “. Tak lama kemudian datanglah Adipati Wirasaba bersama
putrinya ( Rara Sukartiyah). Sultan Hadiwijaya menanyakan status Rara Sukartiyah.
Oleh Wargoutomo dijelaskan bahwa putranya itu tidak punya suami dan belum pernah hidup bersama dengan pria
manapun. Apa yang disampaikan Wargoutomo diterima oleh Sultan Pajang. Adipati
Wirasaba mohon diri untuk meninggalkan Pajang. Rara Sukartiyah supaya istirahat
menuju keputren.
Tak lama kemudia ada laporan dari prajurit jaga, bahwa ada 2
(dua) orang tak dikenal sedang berpanas-panasan di tengah alun-alun, yang akan
menghadap Sultan. Atas ijin baginda, orang tersebut supaya menghadap. Demang
Toyareka dan Joko Mangun menghadap dan menceritakan status yang sebenarnya
tentang Rara Sukartiyah. Betapa marahnya Sultan Hadiwijaya . Baginda mengutus
seorang prajurit ( Wirapati ) untuk segera menyusul Adipati Wargoutomo. Dimanapun
berada supaya dibunuh karena dianggap telah menghina Sultan Pajang.
Demang Toyareka dan Joko Mangun berpamitan. Kemarahan Sultan
Hadiwijaya dapat diredakan oleh Patih Mancapraja. Baginda Sultan supaya
menanyakan langsung kepada Rara Sukartiyah.
Setelah menghadap, Rara Sukartiyah menceritakan keadaan
dirinya. Dia memang pernah dijodohkan dengan putra Demang Toyareka tapi tidak
pernah mencintai atau berkumpul bersama apalagi bersentuhan. Statusnya masih
gadis. Sadarlah Sultan Hadiwijaya. Baginda telah tergesa-gesa menerima
pengaduan dari Demang Toyareka. Akhirnmya Sang Baginda Sultan mengutus prajurit
( Wirayuda) supaya menyusul utusan yang
pertama agar niatnya membunuh Wargoutomo diurungkan atau dibatalkan.
ADEGAN IV
Adipati Wirasaba bersama abdinya sedang dalam perjalanan
pulang ke Wirasaba. Karena lelahnya Sang Adipati singgah di rumah kerabatnya
yaitu Ki Bekel Bener.
ADEGAN V
Ki Bekel Bener dan istrinya bersama pembantunya sedang persiapan akan mengadakan syukuran hasil
panen dengan memasak Pindang Banyak. Tak lama kemudian datanglah Adipati
Wirasaba yang singgah ke rumahnya. Betapa senang keluarga Ki bener kedatangan
sahabatnya yang sudah lama tidak berjumpa. Sang Adipati dipersilakan duduk di
Balai Malang, disuguh Pindang Banyak, kebetulan hari itu adalah hari Sabtu
Pahing. Sambil menikmati hidangan, mereka bercerita tentang keadaan daerah
masing-masing. Tak lama kemudian datanglah utusan Pajang ( Wirapati). Dia akan
melaksanakan tugas Sultan yaitu membunuh Adipati Wirasaba. Namun karena Sang
Adipati sedang menikmati hidangan, maka niatnya diurungkan menunggu Sang
Adipati selesai makan. Datanglah utusan kedua ( Wirayuda) dan langsung member
isyarat dengan lambain tangan agar niatnya diurungkan. Namun terjadi
kesalahpahaman. Oleh Wiorapati dikira supaya segera dilakukan. Maka tak ragu
lagi, ditikamlah Sang Wargoutomo dengan kerisnya. Terejadilah pembunuhan.
Melihat kejadian tersebut, maka antara Wirapati dan Wirayuda terjadi
perselisihan. Sang Adipati Wirasaba dalam keadaan sakarotulmaut, sempat memberi
peringatan bahwa ini semua sudah ketentuan Hyang Widi. Sang adipati memberi
pesan untuk anak cucu ( tedhak turun ) Wirasaba, sbb :
1.
Tidak
boleh berbesanan dengan orang Toyareka
2.
Tidak
boleh makan pindang banyak
3.
Tidak
boleh membangun rumah dengan model Balai malang
4.
Tidak
boleh bepergian di hari Sabtu Pahing
5.
Tidak
boleh memelihara Kuda Dawuk.
Seusai mengutarakan pesan, meninggallah Sang Adipati di
pangkuan Ki Bekel bener, disertai tangis
dan duka semua kerabat. Peristiwa ini akan dilaporkan oleh utusan Pajang kepada
Sultan Hadiwijaya. Mereka sepakat dan siap menerima hukuman atas kesalahan
telah membunuh Wirasaba yang tak berdosa.
ADEGAN VI
Keputren Wirasaaba ( Ny Adipati, Rara Sukartimah, Wirakusuma,
Wargowijoyo, Wiroyuda) dalam suasana berkabung karena telah ditinggal Sang
Adipati Wargoutomo. Lebih susah lagi, karena mendapat panggilan dari Suyltan
Pajang agar salah seorang dari putra almarhum menghadap ke Pajang. Para Putra
tidak ada yang menyanggupi. Demi nama baik Wirasaba maka Joko Kaiman ( menantu
Wirasaba ) siap menghadap Sultan Pajang. Mereka sedang menunggu kedataangan
Joko Kaiman yang sedang persiapan akan sowan ke Pajang. Tak lama kemudian Joko
Kaiman menghadap dan mohon doa restu kepada keluarga. Joko Kaiman berpesan ,
jika ia harus mendapat hukuman dari Sultan Pajang maka keluarga harus ihlas
menerima.Namun jika kedatangannya ke Pajang mendapat penghargaan maka semua
saudaranya harus menerimanya. Mereka sepakat dan setuju apa yang dikatakan Joko
Kaiman.
Nyai Adipati dan putra yang lain meninggalkan keputren.
Sementara Joko Kaiman dan Istrinya ( Rara Sukartimah) dalam suasana tegang
antara aberangkat dan tidak. Dalam hati Sang istri tidak mengijinkan, karena
takut sang suami kena hukuman, atau melupakan diriunya setelah berada di
Pajang. Atas bujuk rayu Joko Kaiman maka Rara Sukartimah mengijinkan.
Berangkatlah Joko Kaiman menuju Pajang.
ADEGAN VII
Perjalanan Joko Kaiman dengan abdinya dan beberapa pengawal
berpapasan dengan para pengawal dari Toyareka yang pada intinya menginginkan
agar Rara Sukartiyah dikembalikan dari Pajang. Terjadilah perkelaian. Joko
Mangun dapat dibunuh oleh Joko Kaiman dengan Keris Gajahendranya. Betapa sedih
Ki Demang melihat putranya telah gugur. Dalam hati tetap akan bermusuhan dengan
Wirasaba. Perjalanan dilanjutkan oleh Joko Kaiman menuju Pajang.
ADEGAN VIII
Sultan Hadiwijaya dan Permaisuri dihadapkan Patih dan
prajurit sedang menunggu kedatangan salah seorang putra Wirasaba. Tak lama
kemudian datanglah seorang pemuda yang belum dikenal oleh Baginda Sultan. Joko
Kaiman memperkenalkan diri dan menyampaiakan maksud kedatangannya.
Betapa bangga Sultan Pajang mendengar cerita Joko Kaiman.
Akhirnya Joko Kaiman diberi anugrah untuk menduduki kursi Kadipaten Wirasaba
menggantikan Adipati Warga Utomo yang pertama dengan gelar Adipati Wargo Utomo
II ( kalih ).
Walaupun telah dianugrahi jabatan namun Joko Kaiman berjanji
akan membagi Wirasaba menjadi 4 ( empat ) wilayah.
1.
Wirasaba
diserahkan kepada Wargowijoyo
2.
Merden diserahkan kepada Wirokusumo
3.
Banjar
Petambakan diserahkan kepada Wiroyudo
4.
Kejawar
dikuasai oleh ia sendiri ( Joko Kaiman)
Joko Kaiman akan membabad hutan “Mangli “ yang berada di
Kejawar untuk dijadikan pemukiman, dan pada saatnya akan dijadikan pusat
pemerintahan dengan nama “ B A N Y U M A S “
Ditulis oleh : Slamet Waluyo
Bersumber dari buku Inti Silsilah dan Sejarah
Banyumas,
oleh RMS Brotodirejo dan R Ngatijo Darmosuwondo
Sangat membantu.Mohon ijin Copy Paste untuk bahan pembuatan Naskah Acara Ulang Tahun Komunitas Warga Banyumas yang merantau di Bandung RayaTerima kasih.
BalasHapus